Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari
dalam bumi dan merambat sampai ke permukaan bumi disebabkan oleh adanya
tenaga endogen. Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut
seismologi, sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari
gempa disebut seismolog. Mereka menggunakan alat pengukur
yang disebut seismograf atau seismometer. Alat tersebut digunakan untuk
mencatat pola gelombang gempa atau seismik dengan memerhitungkan
kekuatan sekaligus lama terjadinya gempa.
Gambar 1. Pusat dan rambatan gelombang gempa
Lempeng-lempeng kerak bumi bergerak
perlahan saling bergesekan, menekan, dan mendesak bebatuan. Akibatnya,
tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, bebatuan di bawah tanah
akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang
menyebabkan gempa bumi. Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa
bumi dan 34.000-nya tergolong kuat.
Beberapa gempa terbesar di dunia
terjadi karena proses subduksi. Dalam proses ini, terjadi tumbukan
antara dua lempeng dengan salah satu lempeng kerak bumi terdorong ke
bawah lempeng yang lain. Lempeng samudra di laut menumbuk lempeng benua
yang lebih tipis di darat. Lempeng samudra yang jatuh dan bergesekan
dengan lempeng di atasnya, melelehkan kedua bagian lempeng. Tumbukan
menghasilkan gunungapi dan menyebabkan gempa bumi.
Istilah-sitilah yang Berhubungan dengan Gempa Bum
Beberapa istilah yang berhubungan dengan gempa bumi, yaitu sebagai berikut.
- Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.
- Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan hiposentrum.
- Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dan episentrum.
- Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran gempa yang sama besarnya.
- Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
- Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
1. Gempa tektonik
Gempa tektonik terjadi akibat tumbukan
lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan
ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke
permukaan bumi.
Gempa tektonik yang kuat sering terjadi di sekitar tapal batas lempengan-lempengan tektonik.
Lempengan-lempengan tektonik ini selalu bergerak dan saling mendesak
satu sama lain. Pergerakan lempengan-lempengan tektonik ini menyebabkan
terjadinya penimbunan energi secara perlahan-lahan. Gempa tektonik
kemudian terjadi karena adanya pelepasan energi yang telah lama
tertimbun tersebut. Gempa tektonik biasanya jauh lebih kuat getarannya
dibandingkan dengan gempa vulkanik, maka getaran gempa yang merusak bangunan kebanyakan disebabkan oleh gempa tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate
(lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan
batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan
mengapung di lapisan seperti salju.
Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan
bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
gempa tektonik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus
dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng
tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat
untuk menjelaskan fenomena gempa Bumi tektonik yang melanda hampir
seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng
tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB.
Gambar 2. Proses terjadinya gempa tektonik
2. Gempa vulkanik
Gempa vulkanik terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh
karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api
menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
Gempa bumi vulkanik terjadi karena adanya proses dinamik dari magma dan
cairan yang bersifat hidrotermal (peka terhadap panas), sehingga dapat
dipakai sebagai tanda-tanda awal peningkatan keaktifan gunung api.
Proses fluida (cairan) dinamis yang terjadi karena adanya gradien suhu
dan tekanan magma dapat menimbulkan gelombang gempa yang berasal dari
proses resonansi retakan yang terisi cairan magma. Frekuensi gempa
vulkanik yang dominan berkisar antara 1 sampai 5 Hz, selain frekuensi
rendah lainnya.
Written by: Budianto
Gambar 3. Prroses terjadinya gempa bumi
3. Gempa runtuhan
Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah
kosong di bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat
runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Gempa
runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya
runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam
memiliki energi potensial yang besar untuk runtuh, juga terjadi di
kawasan tambang akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada
tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di
sekitar daerah runtuhan, namun dampaknya tidak begitu membahayakan.
Justru dampak yang berbahaya adalah akibat timbunan batuan atau tanah
longsor itu sendiri.
Gambar 4. Mekanisme terjadinya gempa runtuhan
Gempa bumi tumbukan
; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid
yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
5. Gempa bumi buatan
;
Gempa b umi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu
yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Gelombang Gempa
Pada dasarnya, ada tiga macam gelombang gempa,yaitu sebagai berikut:
(1) Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P),
yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan
tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7 – 14 km
per detik dan periode gelombang 5 – 7 detik.
(2) Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S),
yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan
tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan kecepatan antara
4 – 7 km per detik dan periode gelombang 11 – 13 detik.
(3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan,
yaitu gelombang yang merambat dari episentrum menyebar ke segala arah
di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 – 3,9 km per detik dan
periode gelombang relatif lama.
Di permukaan, juga ada dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang rayleigh merupakan gelombang yang bergerak turun naik dan gelombang love merupakan
gelombang yang mendorong bebatuan dari satu sisi ke sisi yang lain
sambil menjalar. Gelombang permukaan lebih lambat dibandingkan dengan
gelombang utama, tetapi kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat.
Kedahsyatan itu disebabkan lamanya rambatan gelombang ini.
Secara umum, gelombang gempa dikategorikan menjadi Body Wave dan Surface Wave.
1. Body Wave
gelombang yang merambat di interior bumi. Terdiri atas:
a) P-Wave/Compressional Wave/gelombang primer, ciri-ciri:
- gelombang longitudinal (arah gerak partikel searah dengan arah rambatan)
- kecepatan 330 m/s di udara, 1450 m/s di air, dan sekitar 5000 m/s di granit
- Bisa merambat di segala jenis medium (padat, cair, gas)
- relatif paling “lembut” dibandingkan dengan S-Wave dan Surface Wave yang sangat merusak
- Amplitudo terkecil
b) S-Wave/Shear Wave/gelombang sekunder, ciri-ciri:
- gelombang transversal (arah gerak partikel tegak lurus dengan arah rambatan)
- kecepatan 60% dari P-Wave
- Bisa merambat di medium padat saja!
- efek kerusakan lebih besar dari P-wave
- Amplitudo lebih besar dari P-wave
2. Surface Wave
gelombang yang merambat di sepanjang permukaan bumi. Terdiri atas:
a) Love Wave
- gelombang transversal (arah gerak partikel tegak lurus dengan arah rambatan)
- kecepatan 70% dari S-wave
- Paling merusak, terutama di daerah dekat episentrum
- Getaran yang dirasakan manusia pertama kali
- Ditemukan oleh A.E.H Love pada 1911
b) Rayleigh Wave
- gerakan eliptik retrograde/ “ground roll”
(tanah memutar ke belakang tapi secara umum gelombangnya merambat ke
depan—analog dengan gelombang laut)
- Sedikit lebih cepat dari Love Wave (90% dari kecepatan S-wave)
- ditemukan oleh Lord Rayleigh pada 1885
Menurut bentuk episentrumnya, ada dua jenis gempa.
(1) Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.
(2) Gempa linear: episentrumnya berbentuk garis.
Menurut kedalaman hiposentrumnya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenter lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
(2) Gempa bumi menengah: kedalaman hiposenter berada antara 60-300 km di bawah permukaan bumi.
(3) Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.
Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.
(2) Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.
(3) Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.
Menurut lokasinya, ada dua jenis gempa.
(1) Gempa daratan: episentrumnya di daratan.
(2) Gempa lautan: episentrumnya di dasar laut. Gempa jenis inilah yang menimbulkan tsunami.
Pengukuran Gempa Bumi
Getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala arah.
Getaran itu berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari
episentrum, juga terjadi rambatan getaran di permukaan bumi dalam bentuk
gelombang panjang. Jadi, gelombang gempa dapat dibedakan atas:
(1) gelombang primer (P): merupakan gelombang longitudinal yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 4-7 km per detik
(2) gelombang sekunder (S): berupa gelombang transversal yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 2-6 km per detik
(3) gelombang panjang (L): merupakan gelombang permukaan dengan kecepatan lebih lambat
Skala Pengukuran Gempa
A. Skala Richter
Skala Richter atau SR, skala ukuran kekuatan gempa yang diusulkan oleh
fisikawan Charles Richter, didefinisikan sebagai logaritma dari
amplitudo maksimum yang diukur dalam satuan mikrometer (µm) dari rekaman
gempa oleh alat pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak
100 km dari pusat gempa.
Sebagai contoh, Misal kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram)
dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya. Jika
amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah
log (103) µm sama dengan 3,0 skala Richter.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan
magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan
teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi.
Skala Richter Efek Gempa < 2.0 Gempa kecil , tidak terasa 2.0-2.9 Tidak terasa, namun terekam oleh alat 3.0-3.9 Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan 4.0-4.9 Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan. 5.0-5.9 Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang kecil. Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik 6.0-6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km 7.0-7.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas 8.0-8.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil 9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil > 10.0 Belum pernah terekam
B. Skala Mercalli
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang
diciptakan oleh vulkanologis dari Italia bernama Giuseppe Mercalli pada
1902. Skala Mercalli dibagi menjadi 12 bagian berdasarkan informasi dari
orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat
dan membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh
itu, skala Mercalli sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan
perhitungan magnitudo gempa yang lain. Saat ini penggunaan skala Richter
lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi
skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi
Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila
tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa
bumi di tempat kejadian.
Skala Modifikasi Mercalli
1. Tidak terasa
2. Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
3. Getaran dirasakan seperti ada kereta yang berat melintas.
4. Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah, benda tergantung bergoyang.
5. Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di atas rak mampu jatuh.
6. Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
7. Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan/berdiri.
8. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
9. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
10. Jambatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor.
11. Rel kereta api rusak.
12. Seluruh bangunan hancur dan hancur lebur.
Alat Pengukur Gempa
Seismograf
Seismograf adalah alat yang digunakan untuk mengukur gempa. Alat ini terdiri atas 3 bagian yaitu; jarum, benda stationer (massa Stationer), dan pita. Jika terjadi gempa, massa stasioner dan jarum yang terletak padanya tetap. Yang bergerak adalah benda yang berisi pita roll yang dipancangkan ditanah. Karena ujung jarun menempel pada pita roll, maka ketika terjadi gempa akan tergambar getaran gempa pada pita tersebut. Pita itulah yang disebut sebagai Seismogram.
a. Jenis-jenis Seismograf
Seismograf, alat pengukur gempa ada 2 jenis, yaitu:
1. Seismograf Horizontal
Seismograf Horizontal berfungsi untuk mencatat getaran bumi pada arah
mendatar. Pada Seismograf Horizontal, massa stasioner digantung dengan
sebuah tali. Dibagian bawah terdapat jarum yang ujungnya menyentuh roll
pita, yang selalu berputar searah jarum jam. Tiang penompang roll pita
terpancang pada tanah. Pada waktu terjadi gempa, roll pita bergetar,
sedang massa stasioner dan jarum jam tetap. Maka terbentuklah goresan
pada roll pita tersebut yang disebut Seismogram.
2. Seismograf Vertikal
Seismograf Vertikal berfungsi untuk mencatat getaran gempa vertikal. Massa Stasioner pada Seismograf vertikal ditahan oleh sebuah pegas (P) dan sebuah tangkai berengsel. Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada roll pita yang selalu bergerak searah jarum jam. Jika terjadi getaran gempa, maka roll pita akan bergerak sehingga akan terbentuk seismogram pada roll pita tersebut.
Dengan menggunakan alat pengukur gempa, seismograf vertikal dan seismograf horizontal gempa yang terjadi baik gempa vertikal maupun gempa horizontal akan tercatat dan terdeteksi. Untuk mengetahui keakuratan data gempa yang diperoleh, maka lebih baik jika pada sebuah stasion BMG di pasang 3 alat pengukur gempa atau Seismograf. Yaitu 2 pasang Seismograf Horizontal yang dipasang arah utara-selatan dan arah timur–barat, serta satu seismograf Vertikal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dari arah mana getaran gempa terjadi.
2.4 Alat-alat yang berhubungan dengan Seismograf
1. Seismograph Wiechert
Seismometer Wiechert merupakan cikal bakal awal berdirinya Stasiun
pencatat gempa di Indonesia yakni berada di stasiun Geofisika Jakarta.
Seismograph Wiechert merupakan seismograph pertama di Indonesia yang
dipasang pada tahun 1908 yang dulu berlokasi di jalan Arief Rachman
Hakim Jak-Pus, kemudian dipindahkan ke Kemayoran pada tahun 1999 sampai
sekarang. Alat ini merupakan buatan Jerman pada tahun 1908 dan 1928. Seismometer
ini ada dua, yaitu komponen vertical (Z) dan horizontal (N-S dan E-W)
dengan prinsip pendulum. Beratnya mencapai 1500 kg dengan pemberat
berupa gips yang diletakkan di dalam badan seismometer. Media
perekamannya adalah kertas jelaga yang dipasang pada drum recorder.
Ketika ada getaran, maka pena akan bergerak dan menggoreskan ujungnya
pada kertas jelaga tersebut. Sayangnya seismometer Wiechert ini sudah
tidak dioperasionalkan lagi dikarenakan sambungan penanya yang rusak.
Seimometer SS 1 Ranger
Seimometer SS 1 Ranger Merupakan portable seismometer dan dapat dipilih model horizontal atau vertical, jadi SS 1 Ranger merupakan seismometer 1 komponen. SS1 Ranger menggunakan prinsip spring mass dan elektromagnetik transducer. Seismometer ini merupakan jenis analog, sehingga penempatannya cukup di tempat yang bedrocknya baik, tidak perlu di tempatkan di bunker, seperti halnya seismometer digital. Cara kerjanya adalah ketika seismometer SS 1 Ranger menerima signal gelombang, maka akan terjadi tegangan yang dialirkan ke kumparan kalibrasi yang membuat bahan bergerak dan menimbulkan gaya magnet, sehingga pegas bergerak dan arusnya diterima oleh kumparan sensor. Kumparan tersebut akan menghasilkan output berupa gambar – gambar signal yang dikirim ke seismograph. Di stasiun Geofisika Jakarta, seismometer SS 1 Ranger ini dihubungkan ke SPS (Short Period Seismograph). Sampai saat ini SS 1 Ranger masih digunakan, di samping menggunakan seismometer broadband. Datanya sebagai sampingan data yang dihasilkan oleh seismometer broadband.
Broadband Seismograph
Seismometer broadband memiliki jangkauan / range frekuensi yang lebih luas dari seismometer biasa, yaitu kira – kira 0,01 – 50 Hz. Seismometer jenis ini sangat sensitive terhadap variasi lingkungan, khususnya variasi temperature dan tekanan atmosfer. Oleh sebab itu seismometer ini membutuhkan tempat khusus, tidak seperti seismometer analog. Merupakan seismometer 3 komponen (vertical, horizontal NS – EW).Di stasiun geofisika Jakarta, broadband seismometer ini diletakkan di bunker yang berukuran kira – kira 1m x 1m 1m. Jika biasanya dinding bunker seismometer dilapisi gabus, maka di stasiun geofisika Jakarta, gabus tersebut berbentu kepingan – kepingan yang dihamburkan menutupi seismometer itu sendiri. Data seismometer broadband inilah yang digunakan sebagai data utama di samping data seismometer SS1 Ranger.
Seismometer ini merupakan seismometer digital, jadi sensor yang ia
dapatkan akan diteruskan ke amplifier / pengkondisi signal (memisahkan
antara noise dan signal), dilanjutkan ke ADC (Analog to Digital
Converter) lalu masuk rekorder yang berupa computer, bukan SPS seperti
rekorder yang digunakan SS1 Ranger. Dalam computer ini telah disediakan
software khusus yang digunakan dalam pengolahan data. Software yang
biasanya digunakan adalah MnoST dan NetRec, juga software lainnya.
Accelerograph (Strong Motion Seismograph)
Accelerograph adalah alat yang digunakan untuk merekam getaran tanah yang sangat kuat dan untuk mengukur percepatan permukaan tanah. Accelerograph memiliki memori card yang tersimpan di dalamnya, sehingga ia mampu menyimpan data – data pengukuran. Di dalam accelerograph juga terdapat baterai kering yang dapat digunakan sewaktu tidak tersedianya listrik. Baterai kering ini dapat beroperasi sekitar 7 jam. Alat ini kebanyakan digunakan oleh pemborong proyek besar untuk melakukan survey. Jadi, alat ini merupakan alat yang bersifat portable.
Data yang didapat akan disambungkan ke laptop atau computer yang memiliki software khusus untuk megolah data – data tersebut. Data – data percepatan tanah ini lebih banyak manfaatnya dalam bidang teknik pembangunan. Karena dengan malihat data percepatan tanah di suatu tempat, maka kita bisa menghitung dan merencanakan gedung – gedung bertingkat yang tahan gempa. Selain itu, data accelerograph juga bermanfaat bagi pertambangan.
Short Period Seismograph
Adalah alat perekam / pencatat gelombang gempa bumi dengan media kertas pias dan merupakan serangkaian alat dari system analog. Di Stasiun Geofisika Jakarta, alat ini disambungkan dengan seismometer SS1 Ranger. Seperti halnya seismometer Wiechert, seismograph ini juga memiliki pena yang sama. Hanya saja pena di seismograph ini dialiri tinta yang siap mencatat di kertas pias yang menempel pada drum recorder yang berputar. Kecepatan putaran drum recorder bisa diapat diatur sesuai keinginan. Di stasiun Geofisika Jakarta, kertas pias harus diganti 24 jam sekali. Selain itu, time marknya juga dapat diatur sesuai dengan waktu daerah masing – masing atau sesuai kebutuhan.
Zona Gempa Dunia
Zona gempa dunia terbagi atas dua jalur, yaitu Jalur Circum Pasifik
dan Jalur Mediteranian. Jalur Circum Pasifik adalah jalur wilayah
dimana banyak terjadi gempa-gempa dalam dan juga gempa- gempa besar yang
dangkal. Jalur ini terbentang mulai dari Sulawesi, Filipina , Jepang,
dan kepulauan Hawai
Jalur Mediteranian adalah jalur wilayah dimana banyak terjadi
gempa-gempa besar yang membentang dari benua Amerika, Eropah ,Timur
Tengah, India , Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.
Dampak-dampak Yang Diakibatkan Oleh Gempa
1. Dampak Primer
Dampak primer yaitu getaran gempa itu sendiri yang sampai ke
permukaan bumi dan kalau getarannya cukup besar dapat merusak bangunan
dan infra struktur lainnya seperti jalan dan jembatan , rel kereta api,
bendungan dan lain lain, sehingga menimbulkan korban jiwa dan kerugian
harta benda.
Beberapa contoh gambar dampak primer gempa tektonik:
Gempa di Kobe, Jepang bulan Januari 1995 merusak jalan kereta api express yang menghubungkan Kobe dan Osaka. Lebih dari 6400 orang meninggal.
2. Dampak Skunder
Dampak sekunder yaitu terjadi tsunami, tanah yang menjadi cairan kental (liquefaction), kebakaran , penyakit dan sebagainya.
Sumber :
https://www.google.com/search?q=jalur+gempa+di+dunia&client=firefox-b-ab&tbm=isch&img
http://www.konsepgeografi.net/2015/12/pengertian-gempa-bumi.html
http://kliksma.com/2016/07/klasifikasi-gempa.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_tektonik
http://www.pengertianilmu.com/2015/08/gempa-vulkanik.html
http://image.slidesharecdn.com/gempabumi-111007084134-phpapp02/95/gempa-bumi-8-728.jpg?cb=1317976930
http://dokumen-makalah.blogspot.co.id/2014/12/alat-ukur-gempa.html
http://rioadhityacesart.blogspot.co.id/2014/03/macam-macam-gelombang-gempa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar