PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI SECARA
LANGSUNG DANAU RANAU
Oleh :
Sri Widodo
Danau Ranau merupakan sebuah danau
yang asri dengan air yang jernih serta melimpah dan pemandangan yang menarik di
daratan Sumatera. Danau ini menjadi bagian dari wilayah dua kabupaten yaitu
Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan, Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 1). Lokasi sekitar danau di bagian
timur sudah dilengkapi dengan sarana jalan yang cukup bagus dan bisa dicapai
dengan kendaraan roda empat. Danau ini selain menjadi tempat wisata, juga
menjadi jalur transportasi antar desa-desa di wilayah Lampung barat (Lombok)
dan Sumatera Selatan (Banding, Kotabatu, Heni Arong) dengan perahu bermesin
kecil. Sangat disayangkan bahwa sarana kelistrikan daerah ini masih minim
sekali. Sampai saat ini, belum semua penduduk di sekitar Desa Lombok yang dapat
menikmati listrik, baru di sekitar pusat Desa saja yang mendapatkan fasilitas
tersebut (siang hari mati), sedangkan wilayah yang agak terpencil masih
menggunakan alat penerangan sederhana (cempor, lampu minyak dsb).
Gambar 1.
Peta indeks lokasi panas bumi Danau Ranau
Bentang alam sekitar danau Ranau terdiri dari dataran hingga
pegunungan dengan ciri dan karakter batuan yang berbeda pula. Lereng-lereng
gunung yang terbentuk dari proses endogen dan eksogen sejak masa tersier,
batuan vulkanik yang mendominasi dan membentuk relief kasar serta curam,
dilengkapi dengan gawir-gawir terjal yang terbentuk akibat perkembangan
struktur, semua bersinergi membentuk bentang alam yang begitu exotis. Bentang
alam daerah ini dibedakan menjadi tiga satuan yaitu satuan gunungapi tua,
satuan gunungapi muda, dan pedataran aluvial (Nurhadi dkk, 2004). Bentang alam
vulkanik tua mengelilingi danau di sebelah utara, timur dan barat, sedangkan
bagian selatan tertutupi bentang alam vulkanik muda seperti adanya gunung
Seminung yang berumur kuarter (lihat Gambar 2).
Gambar
2. Morfologi Sekitar Daerah Danau
Ranau
PF: Pedataran Fluvial
PVM: Perbukitan Vulkanik Muda
PVT: Perbukitan Vulkanik Tua
Keragaman
bentang alam ini sangat penting dalam pengembangan pariwisata Danau Ranau,
begitu pula keberadaan Danau, mata air panas, gunung, hutan dan lahan kebun
serta pertanian yang memperlengkap kekayaan wisata daerah ini. Danau Ranau
bercurah hujan yang cukup tinggi sampai sekitar 2500-3000 mm per tahun sehingga
cukup untuk mempertahankan kestabilan tinggi permukaan air danau. Curah hujan
tinggi berlangsung antara bulan Desember - Februari. Penduduk wilayah ini
umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, dan petani. Secara umum
keadaan tanah di daerah penyelidikan cukup subur, karena merupakan hasil
letusan gunung berapi dengan kandungan tinggi unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Di beberapa tempat telah dibangun sistem irigasi yang tertata baik
sehingga sangat baik untuk bercocok tanam seperti perkebunan, palawija, dan
persawahan.
Selain
potensi wisata tersebut, daerah ini mempunyai suatu sumber daya energi yang
dapat menggantikan peran energi fosil yaitu panas bumi. Beberapa manifestasi
berupa mata air panas dijumpai di lokasi Waipanas-Lombok, Talang Kedu (di desa
Lombok) di wilayah Lampung dan Kerincing, Wai Wangi, Waipanas - Kotabatu, Cukuh
Penggeseran di desa Banding wilayah OKU Selatan. Sumber daya panas bumi ini
diharapkan menjadi energi pembangkit listrik yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan pedesaan maupun industri di wilayah tersebut.
POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS
BUMI
Di
sekeliling pantai Danau Ranau khususnya pada bagian selatan dan tenggara,
seperti di dusun Langkat dan Talang Kedu terdapat manifestasi panas bumi berupa
mata air panas yang sering digunakan untuk keperluan mandi oleh penduduk di
sekitarnya (lihat Tabel 1). Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh
Direktorat Sumber Daya Mineral (DIM) pada tahun 2004, daerah ini mempunyai luas
prospek sekitar 3 km2 dengan suhu reservoir sekitar 200 oC
dan diduga mampu membangkitkan daya listrik sekitar 40 MWe (Sri Widodo, dkk.,
2004). Dengan potensi sebesar ini sekurang-kurangnya dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik tenaga panas bumi sekala sedang untuk memasok kebutuhan
listrik pedesaan di sekitar Danau Ranau dan pengembangan pariwisata daerah ini.
Pemanfaatan lainnya adalah untuk penggunaan langsung seperti pengeringan dan
pengolahan hasil perkebunan/pertanian, selain untuk menunjang kepariwisataan
daerah ini.
a. Energi Panas Bumi untuk Pengeringan
Energi panas bumi dapat digunakan secara langsung (teknologi
sederhana) untuk proses pengeringan terhadap hasil pertanian, perkebunan dan
perikanan dengan proses yang tidak terlalu sulit. Air panas yang berasal dari
mata air panas atau sumur produksi panas bumi pada suhu yang cukup tinggi
dialirkan melalui suatu heat exchanger, yang kemudian memanaskan ruangan
pengering yang dibuat khusus untuk pengeringan hasil pertanian. Pilot proyek
percobaan sterilisasi media jamur telah dilakukan oleh BPPT yang bekerja sama
dengan Pertamina dan PT. Rekayasa Industri di Kamojang dan Lahendong (Gambar
3). Beberapa produk pertanian dan perkebunan yang dapat diproses dengan
pengeringan antara lain padi, kopi dan kayu manis. Bahkan mungkin pengeringan
ikan danaupun bisa dilakukan; daerah ini cukup banyak menghasilkan ikan danau.
Berdasarkan percobaan, hasil pengeringan produk pertanian dengan energi panas
bumi memberikan hasil yang lebih cepat dan mutunya lebih baik dibanding dengan
proses pengeringan alami dengan panas matahari.
Gambar
3. Pilot Proyek Percobaan Pemanfaatan
Panas Bumi untuk Budi Daya Jamur
b.
Energi Panas
Bumi untuk Sterilisasi Media Tanam
Pada
masa depan, sesuai dengan ketinggiannya daerah ini sangat bagus untuk
pengembangan agroindustri. Berbagai jenis tanaman terutama sayur dan
buah-buahan seperti tomat, kol, cabe, bawang, dapat tumbuh dengan baik disini. Rumah-rumah
kacapun akan baik untuk dibudayakan. Untuk membunuh hama tanah pada awal tanam,
maka media tanam perlu disterilkan. Sterilisasi media tanam ini dapat dilakukan
dengan memanaskan media tersebut sampai suhu tertentu (80-110°C) sehingga
hama yang ada mati. Pemanasan ini dapat dilakukan dengan energi panas bumi.
Untuk keperluan ini maka panas yang berasal dari sumur panas bumi dilewatkan
pada suatu heat exchanger sebelum diinjeksikan kembali ke dalam batuan.
Dari heat exchanger tersebut kemudian dibuat jaringan pipa-pipa air yang
terpanaskan di seputar areal tanam dengan cara ditanam. Panas dari pipa-pipa
tersebut kemudian memanaskan media tanah setelah dilakukan pemanasan dengan
waktu tertentu. Tanah yang telah terpanaskan dibiarkan mendingin untuk
selanjutnya dilakukan penanaman. Untuk menjaga suhu rumah kaca dari hawa dingin
pada musim-musim tertentu juga dapat dilakukan dengan cara diatas, hanya pipa
tidak ditanam.
Tabel 1.
Mata Air Panas di sekitar Danau Ranau
No.
|
Nama
Mata Air Panas
|
Suhu
(°C)
|
pH
|
Debit(liter/detik)
|
Keterangan
|
1.
|
Waipanas
|
45-64
|
6.4-6.9
|
0.05
|
Desa
Lombok
|
2.
|
Talang
Kedu
|
56
|
6.4
|
0.05
|
Desa
Lombok
|
3.
|
Waipanas
|
60
|
6.7
- 6.9
|
0.10
|
Desa
Kota Batu
|
4.
|
Kerincing
|
43.3
|
6.9
|
0.04
|
Desa
Kota Batu
|
5.
|
Wai
Wangi
|
37.3
|
7.4
|
0.10
|
Desa
Kota Batu
|
6.
|
Cukuh
Penggeseran
|
46.3
|
6.8
|
0.04
|
Desa
Kota Batu
|