Senin, 18 Februari 2019

PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI SECARA LANGSUNG DANAU RANAU


PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI SECARA LANGSUNG DANAU RANAU

Oleh :
Sri Widodo
Danau Ranau merupakan sebuah danau yang asri dengan air yang jernih serta melimpah dan pemandangan yang menarik di daratan Sumatera. Danau ini menjadi bagian dari wilayah dua kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 1). Lokasi sekitar danau di bagian timur sudah dilengkapi dengan sarana jalan yang cukup bagus dan bisa dicapai dengan kendaraan roda empat. Danau ini selain menjadi tempat wisata, juga menjadi jalur transportasi antar desa-desa di wilayah Lampung barat (Lombok) dan Sumatera Selatan (Banding, Kotabatu, Heni Arong) dengan perahu bermesin kecil. Sangat disayangkan bahwa sarana kelistrikan daerah ini masih minim sekali. Sampai saat ini, belum semua penduduk di sekitar Desa Lombok yang dapat menikmati listrik, baru di sekitar pusat Desa saja yang mendapatkan fasilitas tersebut (siang hari mati), sedangkan wilayah yang agak terpencil masih menggunakan alat penerangan sederhana (cempor, lampu minyak dsb).
http://psdg.bgl.esdm.go.id/images/stories/gb%20buletin/ranau1.jpg
Gambar 1. Peta indeks lokasi panas bumi Danau Ranau
Bentang alam sekitar danau Ranau terdiri dari dataran hingga pegunungan dengan ciri dan karakter batuan yang berbeda pula. Lereng-lereng gunung yang terbentuk dari proses endogen dan eksogen sejak masa tersier, batuan vulkanik yang mendominasi dan membentuk relief kasar serta curam, dilengkapi dengan gawir-gawir terjal yang terbentuk akibat perkembangan struktur, semua bersinergi membentuk bentang alam yang begitu exotis. Bentang alam daerah ini dibedakan menjadi tiga satuan yaitu satuan gunungapi tua, satuan gunungapi muda, dan pedataran aluvial (Nurhadi dkk, 2004). Bentang alam vulkanik tua mengelilingi danau di sebelah utara, timur dan barat, sedangkan bagian selatan tertutupi bentang alam vulkanik muda seperti adanya gunung Seminung yang berumur kuarter (lihat Gambar 2).
http://psdg.bgl.esdm.go.id/images/stories/gb%20buletin/ranau2.jpg
Gambar 2. Morfologi Sekitar Daerah Danau Ranau
PF: Pedataran Fluvial
PVM: Perbukitan Vulkanik Muda
PVT: Perbukitan Vulkanik Tua
Keragaman bentang alam ini sangat penting dalam pengembangan pariwisata Danau Ranau, begitu pula keberadaan Danau, mata air panas, gunung, hutan dan lahan kebun serta pertanian yang memperlengkap kekayaan wisata daerah ini. Danau Ranau bercurah hujan yang cukup tinggi sampai sekitar 2500-3000 mm per tahun sehingga cukup untuk mempertahankan kestabilan tinggi permukaan air danau. Curah hujan tinggi berlangsung antara bulan Desember - Februari. Penduduk wilayah ini umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, dan petani. Secara umum keadaan tanah di daerah penyelidikan cukup subur, karena merupakan hasil letusan gunung berapi dengan kandungan tinggi unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Di beberapa tempat telah dibangun sistem irigasi yang tertata baik sehingga sangat baik untuk bercocok tanam seperti perkebunan, palawija, dan persawahan.
Selain potensi wisata tersebut, daerah ini mempunyai suatu sumber daya energi yang dapat menggantikan peran energi fosil yaitu panas bumi. Beberapa manifestasi berupa mata air panas dijumpai di lokasi Waipanas-Lombok, Talang Kedu (di desa Lombok) di wilayah Lampung dan Kerincing, Wai Wangi, Waipanas - Kotabatu, Cukuh Penggeseran di desa Banding wilayah OKU Selatan. Sumber daya panas bumi ini diharapkan menjadi energi pembangkit listrik yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan pedesaan maupun industri di wilayah tersebut.

POTENSI DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI
Di sekeliling pantai Danau Ranau khususnya pada bagian selatan dan tenggara, seperti di dusun Langkat dan Talang Kedu terdapat manifestasi panas bumi berupa mata air panas yang sering digunakan untuk keperluan mandi oleh penduduk di sekitarnya (lihat Tabel 1). Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh Direktorat Sumber Daya Mineral (DIM) pada tahun 2004, daerah ini mempunyai luas prospek sekitar 3 km2 dengan suhu reservoir sekitar 200 oC dan diduga mampu membangkitkan daya listrik sekitar 40 MWe (Sri Widodo, dkk., 2004). Dengan potensi sebesar ini sekurang-kurangnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi sekala sedang untuk memasok kebutuhan listrik pedesaan di sekitar Danau Ranau dan pengembangan pariwisata daerah ini. Pemanfaatan lainnya adalah untuk penggunaan langsung seperti pengeringan dan pengolahan hasil perkebunan/pertanian, selain untuk menunjang kepariwisataan daerah ini.
a.      Energi Panas Bumi untuk Pengeringan
Energi panas bumi dapat digunakan secara langsung (teknologi sederhana) untuk proses pengeringan terhadap hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dengan proses yang tidak terlalu sulit. Air panas yang berasal dari mata air panas atau sumur produksi panas bumi pada suhu yang cukup tinggi dialirkan melalui suatu heat exchanger, yang kemudian memanaskan ruangan pengering yang dibuat khusus untuk pengeringan hasil pertanian. Pilot proyek percobaan sterilisasi media jamur telah dilakukan oleh BPPT yang bekerja sama dengan Pertamina dan PT. Rekayasa Industri di Kamojang dan Lahendong (Gambar 3). Beberapa produk pertanian dan perkebunan yang dapat diproses dengan pengeringan antara lain padi, kopi dan kayu manis. Bahkan mungkin pengeringan ikan danaupun bisa dilakukan; daerah ini cukup banyak menghasilkan ikan danau. Berdasarkan percobaan, hasil pengeringan produk pertanian dengan energi panas bumi memberikan hasil yang lebih cepat dan mutunya lebih baik dibanding dengan proses pengeringan alami dengan panas matahari.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/images/stories/gb%20buletin/ranau3.jpg
Gambar 3. Pilot Proyek Percobaan Pemanfaatan Panas Bumi untuk Budi Daya Jamur
b.      Energi Panas Bumi untuk Sterilisasi Media Tanam
Pada masa depan, sesuai dengan ketinggiannya daerah ini sangat bagus untuk pengembangan agroindustri. Berbagai jenis tanaman terutama sayur dan buah-buahan seperti tomat, kol, cabe, bawang, dapat tumbuh dengan baik disini. Rumah-rumah kacapun akan baik untuk dibudayakan. Untuk membunuh hama tanah pada awal tanam, maka media tanam perlu disterilkan. Sterilisasi media tanam ini dapat dilakukan dengan memanaskan media tersebut sampai suhu tertentu (80-110°C)  sehingga hama yang ada mati. Pemanasan ini dapat dilakukan dengan energi panas bumi. Untuk keperluan ini maka panas yang berasal dari sumur panas bumi dilewatkan pada suatu heat exchanger sebelum diinjeksikan kembali ke dalam batuan. Dari heat exchanger tersebut kemudian dibuat jaringan pipa-pipa air yang terpanaskan di seputar areal tanam dengan cara ditanam. Panas dari pipa-pipa tersebut kemudian memanaskan media tanah setelah dilakukan pemanasan dengan waktu tertentu. Tanah yang telah terpanaskan dibiarkan mendingin untuk selanjutnya dilakukan penanaman. Untuk menjaga suhu rumah kaca dari hawa dingin pada musim-musim tertentu juga dapat dilakukan dengan cara diatas, hanya pipa tidak ditanam.

Tabel 1. Mata Air Panas di sekitar Danau Ranau
No.
Nama Mata Air Panas
Suhu (°C)
pH
Debit(liter/detik)
Keterangan
1.
Waipanas
45-64
6.4-6.9
0.05
Desa Lombok
2.
Talang Kedu
56
6.4
0.05
Desa Lombok
3.
Waipanas
60
6.7 - 6.9
0.10
Desa Kota Batu
4.
Kerincing
43.3
6.9
0.04
Desa Kota Batu
5.
Wai Wangi
37.3
7.4
0.10
Desa Kota Batu
6.
Cukuh Penggeseran
46.3
6.8
0.04
Desa Kota Batu